Epilog
Pada akhirnya, aku hanya tetap melihatmu dari kejauhan, membiarkan langkahku terhenti di ambang pintu yang memisahkan dunia kita. Dalam keheningan yang mengapit, aku merenung tentang segala yang tak terucapkan, tentang impian dan harapan yang terpendam dalam hatiku.
Dari kejauhan, aku melihatmu, dengan senyum yang mengembang di wajahmu, sementara aku tetap berdiri di tempatku, menjauh, namun tetap dekat dalam hati. Dalam detik-detik yang terlalu cepat berlalu, aku membiarkan angin membawa kata-kata ini, terbang melayang di langit, melewati hamparan tanah dan laut, hingga akhirnya mencapai telingamu.
Mungkin suatu hari nanti, di tengah kesibukan dan kisah hidup yang tak terduga, suara hatiku akan menyentuh hatimu, dan engkau akan mengerti segala yang pernah kurasakan. Mungkin suatu hari nanti, kita akan bertemu di persimpangan jalan yang tepat, dan aku akan mengucapkan segala yang terpendam dalam hatiku dengan jelas dan tulus.
Namun, hingga saat itu tiba, biarlah kata-kata ini terbawa angin, sebagai bisikan rahasia yang mengiringi langkahku, dan berharap bahwa suara hatiku akan menemukan jalan menuju hatimu, di tengah keramaian dunia ini.