Skip to main content

Harapan

Aku ingat sangat dirimu sangat tertarik dengan antariksa beserta tata surya di atas sana. Itulah mengapa aku membuat halaman awalnya adalah tata surya kita, walau sampai Mars saja karena aku tidak pandai dalam melukis. Dalam gelap yang melingkupiku, terpendamlah harapku bahwa takdir akan mengantarkanku melewati batas bayangan yang menyelimutiku. Aku membayangkan sebuah perjalanan di mana aku melangkah keluar dari keheningan yang mengapit, menuju kepada sinar mentari yang bersinar gemilang.

Di sanalah aku bermimpi bertemu denganmu, di tepi jalan yang dipenuhi dengan daun-daun gugur dan hembusan angin sepoi-sepoi. Aku ingin menyambutmu dengan langkah-langkah yang mantap, tak lagi terpaku dalam kehampaan yang meracuni pikiranku.

Ketika aku melangkah mendekatimu, aku membawa dalam hatiku segenap rasa haru dan kerinduan yang tak terucapkan selama ini. Aku ingin mengungkapkan semuanya, dengan kata-kata yang tersusun indah seperti alunan lagu yang mengalun syahdu.

Kutemukan dirimu di sana, berdiri di bawah sinar senja yang memancar hangat. Matamu, seperti dua permata yang berkilauan, menyapa jiwaku dengan kehangatan yang tak terlukiskan. Dan di hadapanmu, aku ingin melepaskan segala beban yang selama ini kubawa, membiarkannya melayang dengan lembut ke angkasa yang luas.

Kuungkapkan rasa takutku, ketakpastian yang menggelayuti hatiku, namun juga keberanian yang tumbuh dari dalam jiwa. Aku ingin menyatakan cintaku, dengan kata-kata yang mengalun dalam irama indah, seiring dengan gemuruh lautan yang menggetarkan bumi.

Dengan lembut, aku serahkan hatiku padamu, sebagaimana seorang penyair menyerahkan bait-bait puisinya pada malam yang sunyi. Aku berharap, di tengah keheningan itu, suara hatiku akan terdengar, mengalun dengan kejujuran yang melampaui segalanya. Dan di sinilah, di titik temu kita di persimpangan jalan waktu, aku berharap kau akan menerimanya, dengan senyuman yang menggambarkan bahagia yang sejati.